Senin, 26 November 2018

Dede dan segala hal tentangnya

Tulisan ini adalah apresiasi dan bentuk terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada manusia gila yang sudah bersedia jadi kawanku. Kawan baruku. 

Ini adalah tulisanku tentang Dede (iya ini pakai nama asli). Tentang caraku melihat dia, dan tragedi-tragedi yang pernah terjadi olehnya, karenanya, padanya-dalam hidupku-. 

***

Dede adalah paket yang tiba-tiba Tuhan kirimkan dan dengan perjalanan panjangnya selama 10 tahun, akhirnya tiba juga didepan pintuku. Dede adalah segila-gilanya kejutan yang tidak pernah aku duga. Berada pada garis yang saling bersinggungan selama 6 tahun, tapi memilih untuk tidak pernah benar-benar bertemu. Hingga suatu siang, 3 bulan lalu ia memutuskan untuk menyapa. Entah angin mana yang membawanya tiba di pintuku. Kebetulan atau takdir kehidupan?
(Kalau berkenan De, bolehkah aku tahu?)

Aku yang memang biasanya arogan terhadap yang baru datang, tidak terlalu peduli. Apalagi, ia terlihat sama sekali tidak masuk kriteria. 

Lalu ternyata prediksiku yang biasanya presisi, kali ini harus direvisi. 

Berangkat dari suatu kebetulan ketika aku bertanya tentang Lany, voila! Tiba-tiba saja dia bertransformasi dari seseorang yang hanya cukup tahu, menjadi kawan yang serba tahu.

"Life is like a box of chocolates, you never know what you're gonna get" adalah quote dari salah satu film favorite kami. Dan benar, hidup ternyata memberiku kejutan. Sesuatu diluar selera, seseorang yang bukan kriteria, barangkali agar ceritaku tidak tentang itu-itu saja? Agar aku tidak terlalu nyaman pada tempat yang satu saja?

Dan bersama atau tidak pada akhirnya, aku tidak akan menyesali apapun yang sudah pernah ada.

****

Kesan pertamaku padanya tidak bisa dikatakan cukup baik, bahkan yang muncul dalam kepala adalah sebuah pertanyaan "Lho aku kenal arek iki a?"

(Langsung skip sampe part dimana aku merasa telah menemukan kawan)

Bagiku, Dede adalah satu dari sedikit manusia yang punya taste sama denganku! Dannn aku suuuupeeeer senang mengetahuinya. Berawal dari Lany, lalu ke Tame Impala, Prep, Honne, Arctic Monkeys, Queen, Oasis, dan beberapa nama lain. Dia yang mengenalkanku pada Best Friendnya Rex Orange County, Eddie Vedder yang Society. Aku mengenalkannya pada The Lumineers yang Sleep On The Floor dan Sound of Silencenya Simon and Garfunkel. 
Sialnya ternyata bocah ini sama gendengnya denganku! Kami sama-sama punya khayalan tentang long driving sambil dengerin lagu favorite, jendela yang diturunin demi bisa ngerasain angin malam, khusus dia plus ngasep. 

Bukan hanya tentang lagu, kami juga punya taste yang sama di film. Gone Girl, Searching, Shawsank Redemtion, dan sederet judul lain. Forrest Gump yang ternyata cikal bakal benih mimpi-mimpi gila kami. Juga Dede yang mengenalkanku pada film Into the wild. Film gila yang juga jadi segila-gilanya racun di kepala kami, ikut nambahin benih-benih mimpi gila kami.

Tentang mimpi-mimpi gila kami lainnya : dia pingin tinggal di Iceland, aku di Switzerland, angon biri-biri dan domba, tiap sore duduk liat domba sambil nungguin sunset, rebahan di tumput-rumput sambil liatin langit malam, tidak lupa dengan sepatu dan topi cowboy, plus asapnya! Andai hidup semulus itu, hehehehe.


Lalu pertemanan kami berlanjut dengan berbagi keluh kesah dan saling menyemangati. Tentang dia yang pingin cepet dapet kerja, atau tentangku yang mumet nggarap TA. Tentang dia yang pingin gendut sementara aku pingin kurus. 
Dari diskusi yang berat-berat tentang agama, konflik ras, sexual harras, politik, sampe sekedar ngingetin makan dan sholat. 


Dede apa adanya, dan mampu membuatku menjadi selayaknya manusia. Bersama Dede, mengingatkanku pada mimpi-mimpi lamaku, wishlist yang sempat terlupakan realita yang ternyata cukup kejam.

Dan demikianlah Dede, menjadi penampung segala keluh kesah tanpa aku perlu merasa rendah, menyemangati tanpa membuat terlihat lebih tinggi. 
***

Selain bagus-bagusnya tadi, Dede tetaplah manusia biasa dengan segala kurang-kurangnya.
Dede perokok berat. Aku sudah membuktikannya sendiri. Yang ini aku kurang bisa toleransi hehehe.Pernah janji buat  ngurangin, tapi yah begitulah bisa dikira-kira sendiri akhirnya gimana.

Dede mengaku sholat, tapi belum bisa rajin 5 waktu. Yang ini juga aku sangat tidak toleransi. Tapi belakangan dia bilang berusaha lebih rajin, alhamdulillah. 

Dede sering begadang, entah untuk apa aku kurang tahu. Lalu bangun sudah siang. Pola hidup yang bisa dibilang cukup berantakan. Tapi kalau boleh jujur, akupun demikian hehehe. Kali ini, aku sepaham dengan Dede, bahwa terjaga malam-malam memang mengasyikkan. Untuk jeleknya yang ini, aku suka.

Dede kurang suka baca buku. Yang ini juga sebenarnya bukan masalah bagiku. 

Dalam hal diskusi, Dede kurang bisa memuaskanku. 

Yang lain-lainnya aku belum tahu. Semoga masih punya banyak waktu.

Dengan segala kurang-kurangnya itu, Dede tetaplah kawanku yang tidak kurang-kurangnya aku syukuri juga akhirnya ketemu.  

***

Selain berbagi mimpi-mimpi, kamu juga punya banyak janji.
Untuk touring motoran berdua sambil dengerin lagu-lagu kita. 
Untuk main ke pantai bareng setelah aku sidang. 
Untuk makan duren di Jombong, lagi-lagi setelah aku sidang.
Untuk nonton konser bareng, entah kapan. 
Backpackeran bareng. Juga entah kapan.
Apakah hanya akan menjadi janji janji yang tidak akan ditepati ? Lets see.

***

Aku sempat punya kekhawatiran bahwa hubungan kami tidak akan berjalan baik. Karena, menurutku ada siklus yang terlewat, kami harusnya akrab dulu di dunia nyata barulah dibawa ke dunia maya dan dunia dunia lainnya. 

Untungnya, kekhawatiran itu tidak terbukti. 
Setelah entah berapa malam panjang yang kami habiskan via chat Whatsapp, kami memutuskan untuk membawa pertemanan ini ke dunia nyata. 
Suatu malam yang mendung di langit Surabaya timur, kami milih buat nonton Bohemian Raphsody.  Rasa-rasanya aku dan Dede pantes dapet award sebagai orang paling norak dan kampungan yang nonton bioskop tahun ini.  Berisik dan heboh! 
Terimakasih kepada Om Freddie Mercury yang punya andil besar membuat malam itu jadi super menyenangkan. Pingin salim rasanya. Tapi engga jadi deh.

***

Dede sering jadi yang tiba-tiba terpikirkan sewaktu aku dengerin beberapa lagu, misalnya : brand new day-kodaline, travell-matter halo, sleep on the floor-the lumineers, super far-lany, pink skies-lany, malibu night-lany, best friend- rex orange county, drive-oh wonder, hero-family of the year, dan entah lagu-lagu apa lagi yang kadang-kadang suka bikin inget Dede.

Dede dan aku sepakat bahwa ada beberapa lagu, band dan film yang seharusnya jadi wawasan umum : The Beatles, Queen, Bohemian Raphsody, Forrest Gump, Shawsank Redemption, dan lain lain dan lain lain.

Dede dan aku pernah bahas tentang cara kita ndidik anak nanti : lagu-lagu apa yang bakal dikasih denger, band-band dan penyanyi mana yang bakal dikenalin, mindset apa yang bakal ditanemin, buku-buku apa yang seharusnya dibaca, hobi-hobi apa aja yang bakal diajarin. Banyak. Banyak. Terlampau banyak.

***

Dengan segala kecocokan tadi, ternyata tidak cukup untuk membuatku dan Dede memutuskan untuk bersama. Semua dari lebih-lebihnya hingga kurang-kurangnya Dede memang aku suka. Dede adalah jenis manusia yang ingin kujadikan teman sepanjang hidupku-teman hidup. Dede pun pernah sekali bilang begini "sumpah kamu iku sebenere koyo opo sing tak pengeno" (sumpah kamu itu sebenernya kaya apa yang aku pingin). Tapi ada banyak sekali pertimbangan kenapa akhirnya, sekarang, kami memilih menjadi teman, dan bukannya pasangan. 

Sejujurnya aku ingin tulisan ini juga membahas tentang bagaimana kami melawan dunia bersama, atau tentang bagaimana dia tergila-gila padaku yang biasa-biasa saja ini, kalau hubungan kami lebih dari ini. 

Pada akhirnya Dede tidak memilihku, karena aku memang tidak seberharga itu. Aku mungkin akan menjadi partner yang menyenangkan untuk mengejar mimpi-mimpinya, namun aku tidak akan bisa memenuhi kriteria yang mampu menjawab bahagia yang dia damba. Aku dan segala kurang-kurangku, tidak akan menjadi apa yang sebenarnya dia butuhkan.



Dari Dede, juga dari film Bohemian Raphsody, aku belajar bahwa mungkin 'love of my life', tidak sesederhana tentang dua manusia yang memutuskan hidup bersama.

Somehow aku merasa di masa yang akan datang, hubungan kami akan seperti Freddie dan Mary.  They stayed friends even when they weren't able to be with each other.

***

So, if you ask me do I love Dede?
Yes I do love him.


p.s dont die!

Sabtu, 24 November 2018


Jika suatu hari nanti kamu dihinggapi perasaan rendah diri (lagi), seperti malam-malam panjang yang terlampau sering kamu lalui, ingatlah pesan ini:
kamu sungguh berarti, setidak-tidaknya cukup bagi dirimu sendiri.

Suatu hari nanti bila kamu merasa tidak layak, bukan seseorang yang diinginkan khalayak, ketauhilah bahwa kamu adalah salah satu manusia yang terlampau istimewa untuk bisa dipuja kecantikannya bagi mata-mata biasa.

Tidak cukup baik, tidak cukup cantik, tidak cukup pintar, tidak cukup pantas untuk dicintai, dan ketidak cukupan lain yang seringkali kamu timpakan pada diri sendiri, akan menjadi cukup seketika kamu mulai belajar mencintai diri sendiri.

Kalau malam yang kelam itu datang lagi, ingat-ingatlah ada doa-doa yang selalu menyertaimu, ingat-ingatlah ada 'kamu kenapa', 'gimana kabarmu' yang mereka tujukan padamu, ingat-ingat ada yang selalu berharap kamu baik-baik saja di bumi bagian manapun kamu sedang berpijak.


Baca-baca lagi ini kalo kamu mulai merasa rendah lagi.
Setidak-tidaknya ada beberapa orang yang bersyukur kamu ada,
Dan kamu tidak se worthless yang kamu pikirkan.










Rabu, 14 November 2018

Andai aku hujan

Andai aku hujan,
Aku akan singgah,
Sedikit lebih lama, dari kepulan uap teh panas yang wanita itu pesan,
Sedikit lebih lama, dari bara yang melahap habis sebatang rokok yang dinikmati lelakinya.

Andai aku hujan,
Aku akan jadi hujan yang menjebak,
Dua manusia yang sedang bernostalgia,
Agar lebih banyak yang diutarakan,
Menambal seluruh kisah yang rumpang.
Meskipun salah satunya sibuk mengabari kekasihnya yang lain. 

Andai aku hujan,
Aku akan jadi hujan deras,
Yang menutupi kesedihan di mata sang wanita,
Ketika lelakinya ingin pulang.
Dan esok mungkin akan kembali hilang.

Andai aku hujan,
Akan ku beri waktu bagi sang wanita,
Untuk sedikit lebih lama berbahagia,
Sebelum lelakinya pergi,
Menemui kekasihnya yang lain.

Andai aku hujan,
Aku akan jadi hujan yang menyenangkan dan punya magis,
Agar kisah mereka berkesan bagi keduanya,
Dan bukan salah satunya.


Sabtu, 10 November 2018

Aku yang tidak benar-benar diinginkan


Aku hanya seseorang yang tak sengaja datang, tidak pernah diperhitungkan.
Aku hanyalah pesan-pesan yang diabaikan, dicari ketika dibutuhkan.
Aku adalah tiket-tiket bioskop yang tak punya kesempatan, kencan yang tak pernah dilakukan.
Hanya figuran, iklan ditengah pertunjukan.
Pengusir bosan. Tak berkesan.