Teruntuk
tigabelas, tiga satu, kesayanganku.
Aku sedang
jatuh cinta sekaligus patah hati.
Aku jatuh
cinta,
lewat
secangkir kopi yang kita seduh dari gelas bekas botol Aqua,
lewat
semangkuk mie yang kita makan rame-rame,
bahkan lewat tembok tol yang pernah kita panjat
bareng-bareng.
Pada
hari-hari terik dan hujan, pada malam-malam panjang, pada senja dan fajar,
sunset dan sunrise (pas nulis ini aku inget lagunya Family of the year, The
Stairs yang liriknya begini “They made the sunrise for people like us, so we
have an excuse as to why we still up”), pada bintang-bintang yang pernah kita
rayu lewat lagu-lagu romansa, pada ombak-ombak yang menawarkan tawa (sekaligus
menyapu HP, sandal dan tenda kita), pada gemerincing air terjun yang pernah
sekali meredam tangis dan tawa kita.
Dari air
terjun, kemudian gunung, lalu pantai, hutan, pantai lagi, hutan lagi, gunung
lagi, atau sekedar rooftop gedung AJ, Mcd Mulyos, dan bangku-bangku DPR, kita saling menemukan.
Lalu
kemudian aku patah hati.
Aku patah,
kalau ingat sudah H-berapa (4 bulan kah?)
Aku patah,
karena satu-satu dari kita nantinya tidak akan saling sapa lagi.
Aku patah,
karena kenyataannya (mungkin) hanya aku yang sepatah ini, dan kalian tidak.
Aku pernah
jatuh, aku pernah patah.
Aku pernah
diabaikan, aku pernah ditinggalkan, atau hanya dicari saat dibutuhkan.
Dan
beruntungnya kalian, aku tetap tinggal meski berkali-kali tanggal (Yes I was
that stupid)
Kan kalian
paham aku memang se-naïve itu.
Tapi tetap,
terimakasih.
Karena telah
menjadi pilar dan pijakan yang menguatkan.
Terimakasih,
untuk pundak, lengan, telinga dan waktu yang kalian sediakan.
Terimakasih,
telah bertahan 3 tahun dengan kebawelan, ke-alay-an, dan kebaperanku yang
kelewatan.
So, Happy
anniversary Dear, by your side or from the distance, I will still love you.
Sincerely,
your baperan girl.
16 Mei 2018.
 |
Sebuah perayaan untuk umur ke-3 |