Kamis, 25 Januari 2018

Akung



Subuh-subuh begini aku sudah duduk manis dalam kereta tujuan kampung halamanku, Kediri. Tiket yang ku beli langsung tadi pagi, meninggalkan kelas 3 sks dan rapat rutin organisasiku.
----
Aku menghela nafas sekali lagi. Sejauh yang mampu ku ingat, rumah ini masih sama. Hanya dindingnya telah di cat ulang, masih dengan warna yang sama. Sepertinya penghuninya tidak terlalu suka perubahan.
Kedatanganku disambut dengan pintu yang terbuka, tanpa orang. Entah kemana penghuninya. Di pedesaan seperti ini, memang biasa meninggalkan pintu depan rumah terbuka, tanda kalau si empunya ada.
Setelah mengetuk pintu dan mengucap salam, akhirnya si pemilik rumah keluar juga. Aku disambut dengan senyum ramah yang pernah sangat ku kenal. Pernah.
----
“Assalamualaikum” kedatanganku disambut laki-laki yang baru ku kenal beberapa bulan terakhir, sedang menduduki dipan di beranda rumah.
“Waalaikumsalam” laki-laki itu tersenyum. Wajahnya bersahaja, seperti laki-laki berumur 70 an tahun pada umumnya. “sini Nduk, Rian isih sholat” tanpa perlu kujelaskan, beliau tahu maksud kedatanganku. Kemudian aku duduk di sebelahnya.
“Mbah Kakung lagi apa?” tanyaku basa-basi.
“cuman duduk-duduk aja, sambil nunggu adzan magrib Nduk” aku cuman manggut-manggut. “kalian mau kemana sore-sore begini?” beliau bertanya, sambil memandangi jalanan yang sepi. “ndak kemana-mana Kung, cuman mau ngerjakan PR disini” aku menjelaskan, ikut-ikutan sambil memandangi jalan.
Tidak lama kemudian, yang ku tunggu-tunggu muncul juga. “Ayo masuk” katanya tanpa basa-basi. Sebenarnya aku lebih suka diluar. Duduk di dipan, sambil memandangi jalanan desa yang tidak begitu ramai. Menunggu langit hingga berwarna jingga. Tapi yasudahlah, toh nanti sehabis ngerjakan PR masih bisa duduk-duduk di luar. “saya masuk dulu ya Kung” aku permisi masuk, yang hanya dijawab anggukan kecil.
---
“Kenapa ngga ngabarin?”
Tidak ada jawaban
“Sakit apa?”
“Sakit tua”
-------
“Rumahmu mana nduk?”
“Desa Padi-Menguning (fiktif) Kung. Belakangnya Gudang Beras.”
“Oalaa deket toh.. Kalian teman sekolah?”
“Iya kung, satu kelas”
------
“kamu lagi libur?”
“engga juga”
“terus?”
“bolos”
“beneran? Tumben?”
----
“Tolong bilangin rian, sholat yang rajin”
“nggih Kung”
“susah kalo disuruh sholat nunda nunda terus”
“hehe nggih nanti tak bilangin”
-----
“I’ve change”
 “dapet kabar dari siapa?”
“Adekmu, ngga sengaja nanya”
sunyi
“waktu itu pernah nanyain”
“gimana?”
“Anna mana? Kok lama ngga kesini?”
“kamu jawab apa?”
“udah putus”
-------
 “Halo dek gimana kabarnya?”
“Baik mbak.. mbak gimana?”
“Baik juga dek, orang rumah gimana?”
“Mas sehat”
“Uti sama Kakung?”
“Uti sehat. Kakung barusan meninggal mbak, 2 minggu yang lalu.”
------

Minggu, 14 Januari 2018

Jangan membuat penulis jatuh cinta

"Jangan jatuh cinta kepada penulis, kecuali kau sanggup menanggung resiko hidup abadi dalam tulisan-tulisannya"

Aku membaca kalimat tersebut di sebuah postingan instagram akun @30haribercerita, regram dari @chandrawulannn

95% aku setuju sama tulisan tersebut, 5% kenapa? 5% nya mungkin akan sedikit kuubah menjadi "Jangan sekali kali berani membuat penulis jatuh cinta padamu, kecuali kau sanggup menanggung resiko hidup abadi dalam tulisan-tulisannya"

Begitu pula dengan membuatnya sedih dan sakit hati. Jangan ya Tuan, jangan.



Jumat, 12 Januari 2018

I like Airport.
And train station.

The place where journey begin, or end.
The place where people letting go their loved, the goodbye hug.
I feel the crying, the feeling of longing someone in distance, the feeling of being apart.

The place where people finally meet each other.
I like to see people reunited, run to each other.
The stories that the mouth can't tell fast enough, the eyes that can't take in all of the change.
I like to see people hugging, the welcome hug, the whole-hearted hug, 
I feel the joy, the bringing together, the end of missing someone.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
But sometimes they just smile, for any reason.
Just smile to each other. Like us.

Then you asked "Apa kabar?"

Senin, 01 Januari 2018

1/365

Selamat malam, 2018.
Malam pertama dari (InsyaAllah) 365 malam yang akan terlewati. 

Telah menjadi sebuah tradisi, entah sejak kapan, setiap menjelang pergantian tahun akan meluangkan sedikit waktu untuk flashback dan refleksi diri. (Baru sempet ditulis setelah malam pergantian tahun hehe) Mana dari resolusi-resolusi yang tercapai, mana yang tidak, apa yang membuatnya tidak tercapai, lalu ditutup dengan munculnya resolusi-resolusi baru untuk satu tahun ke depan. 

2017
Tahun yang penuh perjuangan (rasanya setiap tahun memang penuh perjuangan hehe). Kuliah mulai ngga jelas arahnya. Mulai panik proposal belum acc karen dospem sangat tidak membantu. Time flies too fast, rasanya baru banget kemaren masuk 2017 tiba-tiba udah 2018 aja. Selama setahun ngapain aja Qum? :(

Biggest lesson I learned in 2017, ternyata definisi keluarga bukan cuman karena hubungan darah aja. Highlight dari 2017-ku adalah tentang hubungan. Rasanya kalo disuruh nyari satu tema yang merangkum semua 2017 aku bakal milih 'relationship'.

Yang awalnya susah move on dari Pengmas, sampe akhirnya mulai buka hati buat MSDM.
Mulai nemu adek-adek baru yang entah kenapa bisa deket banget sampe tahap saling mengolok dan membully.
Ada yang 24/7 bisa dihubungin buat diajak curhat. Kalo buntu ngga punya temen makan bisa langsung chat dan langsung berangkat. Yang janjian makan mie ayam belum juga keturutan. Yang janjian mau keliling Surabaya, ke tugu pahlawan, ke Surabaya North Quay juga belum keturutan. Yang suka seenaknya nyuruh mbaknya nganter jemput ke stasiun, sampe-sampe dikira ada afair wkwkw.  Iya, Rakaditra Astungkara, si bocah gembil yang perutnya buncit. Yang sekarang sudah mulai punya cewek dan ngambil amanah jadi kadep, sepertinya bakal susah diganggu ya. 

Ada juga adek yang ngambekan, sama-sama baperan kaya w. Yang tiba-tiba bisa bete ngga jelas, persis kaya w. wkwkwk. Yang mesum, suka gigit-gigit lengan. Yang makin kesini suka banget ngebully mbaknya. Yeni Wahyu Siswanti, si bocah mesum.
Nah kalo yang satu ini teman segala kondisi dan suasana. Sama-sama suka renang, sama-sama suka ngrajut, baca buku, dan ghibah wkwkw. Sama-sama jomblo juga, senasib lah. Sekarang suka ikut-ikutan nangis juga. Sesekali suka baper juga. sama-sama suka bermasalah dengan self confidence. Yang bakal jadi orang pertama yang kuhubungin buat diajak makan. Yang baru saja kehilangan miminya :( Suci Intan Prativy a.k.a Beby yang suka banget aku peluk peluk. 

Ada juga adek-adek lain yang ngga kalah baiknya. Sebut aja Khorana a.k.a KOKO yang aku pernah rada baper hehehe. Karena dia gendut dan aku ingin sekali meluk. Karena dia baik dan lucu, dan jorok, dan baperan terus. Dan ada perasaan ingin melindungi, entah sebagai kakak atau menggantikan mama yang sudah pergi (?). Dan dia bersedia mendengarkan, mengerti, memahami, memaklumi aku yang childish ini

Ada Akbareza muhammad a.k.a Komeng. Si bapak kadiv yang baru, yang kaya orang mabok, yang juga lucu, yang bikin  vlog bareng Koko dan aku ngga bosen-bosen terus liat meskipun baru 2 video. 

Ada Fauzi M Ikhsan a.k.a Onyin/Onzin/Oji si ganteng yang ternyata baik banget. Duh Allah, takut khilaf kalo baiknya kelewatan begini. Pas malem-malem ngga ada temen pulang, dianterin. Pas motor ketinggalan di jurusan, dijemput dan dianterin ke jurusan. Pas di Balikpapan butuh dianterin ke terminal, dijemput dan dianterin juga. Semoga dapet cewek yang baik ya Nyin. 

Ada Dian, Vitoy, Serundeng, Edo, Fachrul, Bangkit, Devi, Fira, dan adek-adek lain yang ngga kalah lucu, ngga kalah baik juga. 

Kemudian mulai ngerasa punya abang juga, tepatnya pada bulan Maret. Dimana ditinggal Mas Toshi dan Mas Dylan, dan baru ngerasain sedihnya ditinggal abang. Disusul Mas Bandung, Mas Nugra dan Mas Pacil pada bulan September. Sedih. Tapi sudah nggak sungkan lagi buat ngehubungin, sekedar ngomong kangen dan nanyain kabar, atau bahas soal buku. 

Lalu ada nisa, sahabatku yang juga 24/7 bisa dihubungin. Bisa diajak kemanapun. Kemana-mana berdua. Dari makan, renang, belanja, ke giant, ke sakinah, ke lab, jogging, pokoknya kemana mana sama Nisa terus hehehe. Yang suka bingung milih makan apa, tapi saking biasanya aku udah maklum hehehe. Yang suka teledor, yang baik banget bahkan saking baiknya aku takut dia dimanfaatin orang. Belajar sedikit kejam gapapa kok Nis hehe.
Sementara yang lainnya, ada Erick Bestowan yang selama setahun belakangan mulai jadi sahabat deket. Yang kepadanya aku selalu cerita apapun. Yang selalu bersedia dengerin curhatanku yang itu-itu aja. Yang sudah mulai susah diajak makan bareng karena punya pacar (meskipun pacarnya adekku juga, yah ku cukup sadar diri). 

Ada Chyko Birendra, yang pernah sekali (tepatnya bulan september) berantem dan diem-dieman. Disitu mulai ngerasa 'Iya juga ya, Chyko selama ini baik banget, kok aku jahat ke dia' dan kemudian baikan dan kembali dekat. Yang ngenalin makan di ayam rempah, yang gasuka nonton film horo, yang nomer HP nya pernah jadi favorite karena sering banget minta dibangunin, yang suka ngerajut, Chyko-ku yang ganteng banget, yang suka bikin mata khilaf hehehe, yang pingin banget aku cium hehehehehe.

Ada Tony Joshua yang meskipun ngeselin tapi baik banget. Yang juga bisa diajak makan, hehehe.  Yang kalo dicurhatin kadang-kadang jawabannya sangat tidak membantu. hmm.

Masih ada Oji, yang sebelumnya mulai menjauh karena sibuk, sekarang mulai dekat lagi. Mulai bisa diajak makan lagi. Tapi masih begitulah, yah begitulah.

Ada Joseph yang menyadarkanku kalo aku ternyata dibutuhin, dan dibanggain. Yang dari dia sendiri aku tahu, kalo Joseph selalu nyeritain aku ke ceweknya, atau temennya. Yang bikin aku ngerasa dianggep penting. 

Ada Kaymal Ipe Fahmi Hadi Kifot Ujang Rheja yang juga ngeselin, tapi ngangenin. Yang baik banget, yang khawatirin aku pas nyari gojek subuh-subuh, dan bersedia nganterin. Yang selalu ku cariin kalo ke kampus. Yang suka ngebully, suka ngacangin, tapi aku sayang. 

Ada Hiqma Lovenya a.k.a Penol/Veny/Lope yang suka ribet sendiri, suka ngomel-ngomel. Yang suka ghibah, suka iri kalo aku pamerin temen-temen cowokku wkwkw.

Ada teman-teman virtualku, yang meskipun gapernah ketemu tapi tetep jadi yang dicari kalo ada apa-apa. Ada Ninda yang berkali kali janjian ketemuan, akhirnya baru kelaksana sekali pas liburan barusan. Ada Raka Aji, yang jadi tempat curhat tentang apapun, yang sama-sama pusing mikir skripsi, ang sudah kebelet nikah wkwkw. Ada si simpenan, Habel Vega Kusuma, yang ngeselinnya naudzubillah. no comment deh kalo yang ini.

Demikian, 2017 ku dan orang-orang yang telah berjasa mewarnainya. 
Semoga 2018 akan tetap dan semakin dekat. 
Akan semakin sering makan bareng. 
Akan semakin sering ngeliat bintang dan langit malam bareng. 

Aku berdoa, untuk 2018 dan setelahnya,
Untuk hati yang mungkin akan patah lagi,
semoga mampu memaknainya,
Untuk kepergian-kepergian yang mungkin tidak terhindarkan, 
semoga yang ditinggalkan mampu menerima, dan memeluknya dengan damai. 
Untuk senja dan malam-malam yang tidak akan terhitung jumlahnya,
Semoga semakin hangat, semoga semakin erat.
Semoga semakin banyak suara tawa
dan lagu-lagu yang dinyanyikan bersama, 

Balikpapan, 1 Januari 2018
Bersyukur