Kamis, 07 Desember 2017


i wish you happiness,
i hope oneday you'll have enough warm mornings, less sleepless nights.
i hope you see that it may not be that bad after all.
because the hugs, the good days, the sunshine, will come oneday.

you are worthy enough of having a good person,
you are good enough to have someone good,
you are more than good enough, capable enough, deserving enough to be loved, to be treated kindly.
you are loved, you are loved, you are loved. 

Senin, 27 November 2017

Terimakasih, sudah sangat sabar meladeniku yang suka bertanya hal-hal tak masuk akal ini,
tentang apakah unicorn dan naga benar-benar ada, yang kamu jawab dengan "itu cuman mitos"

lalu aku bilang "itu pasti hutan terlarang, didalamnya tinggal Aragog sama Centaurus" sambil menunjuk hutan lebat sepanjang perjalanan waktu itu,
"iya ada Tyrex juga" katamu,
"kalo gitu Tyrex makannya apa" bahkan semua orang tahu Tyrex makan daging, tetap saja kutanyakan,
"Tyrex sekarang makan sayur, sudah menyesuaikan diri dengan globalisasi" terimakasih sudah menjawab dengan sangat tidak terduga,
"Loh tapi Tyrex kan karnivora"
"iya tapi udah ngga jaman kalo Tyrex makan daging, mau diet juga dianya"

Atau tentang "kenapa di Indonesia banyak hantunya", kemudian kamu menjawab "karena orang Indonesia suka ngomongin hantu" sebenarnya aku bingung apa hubungannya, jadi kutanya lagi "berarti di Indonesia banyak hantunya karena orang Indonesia suka ngomongin hantu?"
"iya begitu" lalu kita tertawa,

Juga tentang "isinya kelereng itu apa" yang ternyata kamu juga sama tidak tahunya "iya apa ya, aku juga penasaran" aku diam saja karena tidak tahu juga, lalu kamu melanjutkan "kayanya itu cuman material bening yang di cat, tapi gimana ya ngecatnya"

Lalu kemudian kita bercerita tentang masa kecil masing-masing,
waktu kamu tersetrum pas lagi main sepatu roda di lapangan kompleks rumahmu, yang berhasil bikin aku ketawa meskipun sebenernya kasian juga,
atau waktu aku pertama kali belajar sepeda dan berakhir pingsan gara-gara nabrak tiang listrik di depan rumah, 
atau tentang kamu yang ngeliat hantu pas hampir tenggelam di kali deket rumahmu,
lalu aku bercerita tentang dimarahin Ibu gara-gara main di kali
juga tentang pengalaman kakakmu yang paling tua ngeliat hantu di tangga rumah kalian, sambil nunjukin denah rumah yang kamu gambar di note hp,
atau tentang masa kecilku yang kata Ibu pernah ngeliat hantu di depan rumah,
juga tentang saudara mu, Elizabeth, yang pernah ngeliat hantu di loteng rumahnya,
kemudian sambil nunjukin bekas luka di dahi, kamu bercerita tentang jatuh dari sepeda dan kena pecahan kaca,
aku juga bercerita tentang pernah punya luka kaya kumis gara-gara jatuh dari sepeda dan nyosor batu-batuan,

terimakasih sudah memberiku 5 jam yang menyenangkan,
tidak pernah ada yang benar-benar meladeniku dengan semua pertanyaan-pertanyaan anehku, but you did.
terimakasih akhirnya berhasil membuatku lelap dengan lagu-lagu yang jujur aku tidak tahu, meskipun sejenak.


You deserve a thank you, not just the quick, thanks-for-answering-my-absurd-questions thanks, but a real, wholehearted thank you.

Sabtu, 21 Oktober 2017

belajar integritas, sudah siapkah kita?


integritas/in·teg·ri·tas/ n mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran;


Yang perlu digarisbawahi, ada poin kejujuran di sana.
Jujur- ini masalah sepele yang sebenernya bisa banget dilakuin semua orang, tapi ngga tau kenapa justru malah banyak banget orang yang ngelakuin sebaliknya(re:bohong). Padahal jelas banget kalau bohong itu sumber dari berbagai masalah.
Orang pacaran bisa putus gara-gara bohong, orang nikah bisa cerai gara-gara bohong, karyawan bisa dipecat gara-gara bohong, murid bisa dihukum gara-gara bohong, pejabat bisa dipenjara gara-gara bohong, mahasiswa bisa ngga lulus gara-gara bohong, dan masih banyak bohong-bohong lain yang akibatnya ngga bisa disepelein.

 ---------------------------------------------------------

Banyak hal yang belakangan ini patut buat direnungin. 


Beberapa minggu yang lalu Qumi kena tilang, gara-gara ngelanggar marka jalan (beneran ini ngga tau karena cuman ngikutin maps, ngga ada niatan buat ngelanggar sama sekali). Padahal selalu janji buat taatin rambu lalu lintas, asli malu banget. Daaaaaan selanjutnya si bapak nawarin bayar ditempat atau sidang. Jelas pilih sidang dong. Terus pas aku nanya kapan sidangnya, ternyata tanggal 13 Oktober kemaren, which is itu bareng sama diklat K33. Duh bingung kan. Nanya lagi, bisa diwakilin atau enggak, si bapak bilang engga bisa (dan kemudian hari baru tau kalo bisa diwakilin!). Daaan dengan sangat berat hati sekali, setelah dibujuk bujuk sama si bapak polisi juga, akhirnya bayar di tempat.
SUMPAH RASANYA MALU BANGET, malu sama omongan sendiri, malu sama status mahasiswa, maluuuu :( 
Dari situ juga akhirnya sadar, sebenernya selalu ada jalan buat jujur tapi bohong emang selalu lebih gampang, dan terbukti didukung banyak pihak (dalam hal ini Pak Polisinya).


Kemudian ada pengumuman diklat, seharusnya tanggal 11-14 Oktober 2017, tapi salah menyampaikan jadi tanggal 19 Oktober. Dan kita, pengurus, ngga ada yang noticed sampe peserta ada yang nanya tentang tanggalnya kok 19. Dari aku sendiri nyaranin buat minta maaf aja, bilang kalo emang kita salah. Dan ternyata, masih aja ada orang yang lebih suka ngeles "kalian kali salah denger" begitulah. Kemudian ternyata, peserta ini ada yang ngerekam, nah loh mati ngga tuh? Udah salah, ngga mau ngaku, ketahuan lagi. Kirain kalo udah begini bakal ngaku, eh ternyata jawabnya masih aja "tadi kenapa pada ngga ke kampus buat konfirmasi sekalian? padahal jam 5 suruh kumpul kampus". Disini aku sempet kecewa, dan malu juga. Apa yang selama ini ku kasih ke mereka, cuman berhasil bikin mereka jadi orang penting yang kiprahnya di mana-mana, tapi ngga berhasil bikin mereka jadi orang yang rendah hati dan berani ngakuin kesalahan.
(di kemudian hari akhirnya dari Erick sebagai kadiv minta maaf atas kesalahan informasi yang diberikan)

Dari dua case tadi, poinnya sebenernya sama, yaitu jujur. Jujur dalam tindakan, dan jujur berani mengakui kesalahan.
Sebegitu gampangnya kita berbuat tidak jujur, semudah itu, seenteng itu, seolah-olah hal yang bisa diwajarkan. 

Karena punya reputasi yang baik, aktif di mana-mana, disegani banyak orang, punya jabatan yang tinggi, kadangkala bikin kita tinggi hati dan ngga mau mengakui kesalahan.Padahal orang yang berintegritas menurutku bukan yang ngga pernah melakukan kesalahan, tapi justru orang yang dengan berani mau mengakui kesalahannya. 

Sudah siapkah kita? Membangun generasi yang berani jujur?
Sudah siapkah tidak pernah TA? Tidak SPJ palsu? Tidak menyengaja terlambat datang forum? Siap mengakui kesalahan di depan maba sekalipun? Berani meminta maaf kepada maba sekalipun?

Sabtu, 08 April 2017

Amanah dan Dosa kita (sebagai Mahasiswa)



 
Melepaskan status siswa mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang sangat ditunggu-tunggu. Memasuki gerbang yang membawa mereka pada status baru, yaitu mahasiswa. Menjadi manusia dengan berbagai warna, tergantung bagaimana memaknainya. Ada yang mengira, hidup seorang mahasiswa hanya tentang jalan-jalan dan nongkrong. Sayangnya mahasiswa ini hanya ada dalam FTV.  Kehidupan dunia perkuliahan yang sesungguhnya sangat jauh dari gambaran yang sering kita lihat di FTV. 

Gelar ‘maha’ yang mengekor dalam status mahasiswa ini turut me-maha-kan pula tanggung jawabnya. Pertanyaannya adalah, tanggung jawab untuk siapa? Tanggung jawab untuk apa? Tentu saja, tanggung jawab utama seorang mahasiswa adalah kepada orang tuanya, yakni belajar. Belajar agar mendapatkan IP bagus, belajar agar lulus tepat waktu, belajar untuk mencari beasiswa, dan belajar untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi. Lantas, kalau demikian apa bedanya mahasiswa dengan siswa? Maka predikat ‘maha’ tersebutlah yang akan menjawabnya.

Ada sebuah amanah besar dari masyarakat yang harus ditopang oleh tiap-tiap pundak mahasiswa. Amanah tersebut tertuang dalam peran dan fungsi mahasiswa, yakni menjadi Agent of Change, Moral Force, Sosial Control, serta Iron Stock. Peran dan fungsi ini berkaitan pula dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian. Dimana mahasiswa sebagai kaum intelek dituntut untuk mengabdi kepada masyarakat berbekalkan pendidikan dan penelitian atas disiplin ilmu yang mereka peroleh dari bangku kuliah. Yang kemudian menjadi pertanyaan, sudah sejauh mana kita sebagai mahasiswa mengabdikan diri dan memberikan pengaruh dalam masyarakat?

Mahasiswa –dalam perspektif masyarakat- adalah kaum terdidik yang diharapkan mampu memberikan sumbangsih nyata kepada lingkungan sekitarnya. Mahasiswa sebagai moral force menuntutnya untuk menjadi manusia dengan integritas tinggi. Mahasiswa sebagai kaum intelek harus mampu menjaga segala hal dalam dirinya, baik dari pemikiran, ucapan, serta tingkah laku. Sebab mahasiswa seolah-olah menjadi ‘role model’ bagi masyarakat. Kenyataannya, mahasiswa saat ini sering lupa bahwa dirinya dijadikan panutan dalam kehidupan bermasyarakat. Misalkan saja ketika sedang ‘aksi’ turun ke jalan, tujuan yang sesungguhnya mulia namun dibalut dengan tindak anarkisme. Mahasiswa secara tidak sengaja justru menciptakan suatu stigma negative atas dirinya sendiri.  Hal ini sangat bertentangan dengan peran fungsinya sebagai moral force bagi masyarakat.

Mahasiswa sebagai Sosial Control. Idealisme merupakan modal utama yang harus dimiliki mahasiswa sebagai Sosial Control. Mahasiswa dianggap sebagai manusia dengan idealisme yang belum terkotori dengan kepentingan-kepentingan golongan tertentu. Idealisme dengan tujuan murni untuk kepentingan masyarakat dan bangsa. Idealisme inilah yang kemudian diharapkan mampu menjauhkan bangsa ini dari kepentingan-kepentingan politik golongan tertentu. Namun yang kita temui justru banyak mahasiswa yang prgamatis dan oportunis. Praktis, mencari keuntungan untuk diri sendiri, dan tidak peduli atas apapun selain dirinya.
Mahasiswa sebagai Iron stock. Menjadi generasi-generasi penerus yang akan mengemban keberlangsungan bernegara. Disini mahasiswa harus jadi manusia dengan integritas tinggi dan memiliki idealisme yang menjunjung tinggi kepentingan masyarakat dan negara diatas kepentingan pribadinya. Cerdas, amanah, serta siap dengan segala kondisi yang akan dihadapi seorang pemegang sistem kenegaraan.
Yang terakhir dalam peran fungsinya, sekaligus yang akan saya bahas secara lebih mendalam adalah mahasiswa sebagai Agent of Change. Mahasiswa sebagai Agent of Change, dimana mahasiswa diharapkan mampu menjadi garda-garda penggagas perubahan. Mahasiswa sangat diharamkan bersikap masa bodo dan tidak peduli terhadap segala dinamika dan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Jika menilik sejarah bangsa ini, berbagai peristiwa besar telah didalangi oleh mahasiswa Indonesia sebagai upaya menuju perubahan bangsa yang lebih baik. Bulan Mei tahun 1998 merupakan masa paling bersejarah bagi mahasiswa Indonesia, dimana seluruh kaum intelek ini bersatu untuk melawan segala ketidakadilan pemerintahan Orde Baru dan membawa Indonesia menuju era reformasi yang menjunjung tinggi demokrasi. Bandingkan dengan apa yang kita (sebagai mahasiswa) lakukan saat ini? Perjuangan yang kita lakukan tidak perlu menggadaikan nyawa layaknya senior-senior kita di tahun 1998. Tapi masih banyak cendekiawan-cendekiawan bangsa ini yang seolah-olah tutup telinga dari segala permasalahan masyarakatnya. Seolah-olah mereka berkata “aku tidak peduli selama hal itu tidak menguntungkanku”. Padahal negara ini sedang sakit-sakitnya. KKN menggerogoti pemerintahan membuat rakyat dihantam kemiskinan. Pendidikan yang seharusnya menjadi jalan keluar, justru tersendat kemiskinan. Lantas, kita bisa apa? Maka sesungguhnya yang mampu kita lakukan adalah cukup dengan menjadi sedikit lebih peka. Peka untuk menoleh, peka untuk membuka mata, serta peka untuk menajamkan pendengaran atas segala kondisi masyarakat dan bangsa ini. 

Setiap insan mahasiswa dapat memaknai peran dan fungsinya dengan cara yang berbeda namun dengan kewajiban yang sama, yakni mengabdi. Mengabdikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan dari dalam kelas untuk menyelesaikan segala permasalahan di masyarakat.  
Sementara saya memaknai pengabdian tersebut salah satunya adalah dengan pengajaran. “Tapi aku seorang engineer, bukan guru. Tugasku bukan mengajar.” Mungkin kalimat ini akan muncul dalam benak teman-teman sekalian. Bahkan pernah juga muncul dalam benak saya sendiri. Namun perlu diketahui, mendidik tidak bisa disamakan dengan mengajar. Mengajar adalah pekerjaan dan tugas seorang pengajar. Sekedar menyampaikan materi ilmu pengetahuan. Biasanya dilakukan dalam situasi formal, berupa transfer ilmu. Sementara mendidik merupakan serangkaian proses pengembangan potensi dengan menekankan pada nilai-nilai moral dan kepribadian. Mengajar memang bukan tugas kita, tapi mendidik adalah kewajiban bagi setiap manusia, khususnya manusia yang pernah mengenyam pendidikan.

Mengutip perkataan Pak Anies Baswedan bahwa “mendidik adalah kewajiban bagi setiap insan terdidik”. Maka hal ini semakin memperjelas lagi tanggung jawab yang mengekor pada setiap langkah saya sebagai seorang mahasiswa. Karena sesungguhnya mencerdaskan anak bangsa bukan hanya tugas negara dan pemerintah saja. Namun menjadi tanggung jawab moral bagi setiap insan terdidik. Apapun background pendidikan yang kamu ambil, apapun disiplin ilmu yang kamu kuasai, serta apapun bidang yang kamu geluti, selama kamu masih atau pernah menyandang predikat sebagai seorang mahasiswa artinya kamu secara tidak langsung telah mengemban amanah untuk mendidik anak-anak bangsa ini. Terlebih lagi, dengan menjadi mahasiswa artinya kita telah terpilih menjadi bagian istimewa dari sedikit orang Indonesia yang mampu mengecap manisnya bangku kuliah. Sementara potret pendidikan bangsa ini masih sangat memprihatinkan. Jangankan untuk menginjak bangku perguruan tinggi, untuk sekedar sekolah dasar saja masih banyak ketimpangan di berbagai daerah. Gedung sekolah yang reot termakan waktu, akses dan jalan yang sulit ditempuh, serta sedikitnya tenaga pengajar menjadi hambatan tersendiri bagi anak-anak bangsa di wilayah pelosok. Sedangkan di tengah mewahnya kehidupan kota, masih ada anak-anak bangsa yang terpaksa putus sekolah karena keadaan ekonomi keluarga. “Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustai?” seharusnya menjadi tamparan tersendiri bagi kita sebagai insan istimewa yang cukup beruntung telah dirangkul pendidikan sampai perguruan tinggi. Maka ribuan anak bangsa yang tidak mampu merasakan manisnya pendidikan di bangku sekolah adalah dosa bagi kita setiap insan terdidik.  Dosa karena tidak menjalankan amanah sebagai insan terdidik dan dosa karena tidak menunjukkan rasa syukur sebagai insan istimewa.

Dengan mendidik, kita mampu menjalankan peran dan fungsi kita sebagai Agent Of Change. Karena dengan tangan sendiri, kita mampu sedikit merubah portet pendidikan anak bangsa ini. Mengajarkan hal-hal baik dan membentuk karakter yang mulia pada generas-generasi penerus bangsa ini. Dengan mendidik, kita mampu menjadi inspirasi bagi anak-anak bangsa. Dan dengan mendidik, kita telah menyiapkan ‘Iron Stock’ selanjutnya bagi bangsa dan negara.
Semoga essay ini mampu memberi inspirasi. Selamat berjuang, selamat mengemban amanah. Karena menjadi mahasiswa adalah amanah, dan tiap-tiap amanah akan dimintai pertanggung jawaban.   
-Qumi Lailatul Fajri

(Saya dan adik-adik kampung binaan)

Minggu, 19 Maret 2017

Syukuran Pelepasan Sarjana-115 : Jadi begini toh rasanya punya Abang?





Hari ini Mas Dylan, Mas Toshi, Bang Bogang, Mas Riga, Mas Kevros, Mas Dityo, Mas Uma, Mba Ev, sama Mba Dwi akhirnya diwisuda juga. SPS 115 mungkin bakal jadi salah satu momen paling emosional selama kuliah. Mulai dari Dian yang sekedar matanya merah pas lagi nyampein pesan-kesan, sampe akhirnya banyak yang ‘mbrebes mili’. Dari Mas Toshi yang matanya dah ngga bisa nahan lagi pas nyampein kesan-pesan, dan puncaknya pas Mas Dyl yang giliran nyampein kesan-pesan juga iku-ikutan nangis. Hiks. PECAH! Aing, Dian, Beby, Yeni, Tony, Erick, Kaymal, Oji, bahkan Chyko juga ikutan pecah.  
Oh jadi begini rasanya punya abang? Oh jadi begini rasanya ditinggal kakak-kakak kita? Oh,
Ngga pernah tau rasanya punya abang, dan tiba-tiba tau rasanya ditinggal. Sad
(larut dalam duka)

___

Mas Dylan. Siapa ngga kenal Mas Dyl? Dari jaman maba, bahkan sebelum tau bentuk orangnya gimana, dah sering banget denger nama Mas Dylan. The real legend di Elektro bahkan mungkin di ITS. Orang yang kalo ngga kenal mungkin bakal takut atau malah kesel. Tiap forum paling vocal, nada-nada cacian selalu terlontar dari mulutnya. Nganjing-nganjingin orang, misuh-misuhin orang udah biasa. Tapiii tapiii tapiiiiii…asli mas Dyl itu orang paling berprinsip yang selama ini ku kenal. Pemikirannya luar biasa banget, bolehlah coba diskusi sama mas dyl. Jail juga, ngeselin juga, tapi suka jaim juga.

Kalo mas Dylan dah ngomong, ngga mungkin ngga akan didenger. Pasti semua orang bakal fokus ke dia. Kalo lagi ngomong kadang-kadang masih suka nyelipin guyonan-guyonan gaje.  Wkwkw inget banget pas lagi forbes (atau LPJ ya) mas Dyl yang kesusahan nyebut VSNMC malah kepleset-pleset nyebutnya jadi VSSNWINGARDIUM LAVIOSA wkwkwk ngakak njir. Uh tapi kalo dah marah, mukanya bete banget dah gabisa diganggu. 

Rusak-rusak begitu tapi sering ngingetin buat sholat, dan ngga sembarangan ngarak. Ngefans banget sama Mas Dyl dari jaman maba, sampe detik ini. Abang yang dari dia aku dapet banyak banget ilmu. Makasih Mas :)
(black rose spesial buat mas dyl)


Mas Toshi. Yang denger-denger isu-isunya suka berantem. Tapi sumpa sampe sekarang belum percaya sama isu ituuuuu… Mas Toshi yang aing kenal, jail banget. Suka nginjek-nginjek kaki, suka ngetekin, bahkan rajutanku pernah dikempit di keteknya. Tapi asli asik banget kalo ngobrol atau curhat-curhat sama Mas Toshi. Baik banget, suka beliin minum, eskrim. Pulang umroh juga bawain gincu sama parfum.. Baik bangeeeet.. Makasih mas sinchankuu J
Ngga tau apa yang udah mereka berdua lakuin, yang jelas berhasil banget bikin kita-kita baper dan ngerasa kehilangan banget. Abang terbaik yang pernah ku punya. 3 tahun ngedidik k31 sampe bisa kaya gini.
(yeni, mas tosh, and me))

____
Sementara mas-mba yang lain, semuanya baik. Semuanya udah kaya kakakku sendiri.  
Selamat buat mas-mba ku yang akhirnya ‘lolos’ dari Teknik Elektro ITS. Semoga ilmunya bermanfaat, cepet dapet kerja, enteng rejeki sama jodohnya, sukses segala urusannya, dan bisa jadi manusia yang bermanfaat buat bangsa dan negara.
Makasih mas-mba, selama ini udah jadi kakak yang baik banget. Tanpa kalian aku mungkin ngga akan kaya gini. Makasih, karna udah ikut andil bikin cerita kuliahku jadi seseru ini!



(fotonya kamingsun ya)

Rabu, 15 Maret 2017

Kepada Teman Masadepan

Assalamualaikum, selamat malam Mas..
Dimanapun kamu berada, semoga baik-baik saja.

Kamu sedang apa?
Aku sedang berusaha memperbaiki diri, sambil terus mencarimu.
Aku terus bertanya-tanya, siapakah kamu? Mungkinkah kamu seorang teman yang pernah ku taksir waktu SMP dulu? Mungkinkah kamu salah satu dari 12 sahabat K-31 ku? Mungkinkah kamu teman satu angkatanku? Mungkinkah kamu senior di ormawaku? Atau mungkin kamu salah satu peserta pelatihan yang sedang ku pandu?
Aku terus mencarimu, di toko buku, di jogging track stadion kampus, diantara aktivis-aktivis yang sedang forum,di selasar perpustakaan, di plasa jurusan sebelah, di parkiran masjid, di kereta, di kantin pusat, bahkan di antara riuh supporter futsal saat ada pertandingan antar himpunan mahasiswa.

Aku tidak tahu harus mencarimu dengan cara seperti apa. Aku coba berdandan kaya perempuan lain : pakai bedak + gincu, mulai pake flatshoes dan meninggalkan sneaker/running shoes, belaja berhijab ala-ala mba-mba ootd, juga pake baju yang lebih 'cewe'. Tapi lebih dari semua hal artifisial itu, aku berusaha memperbaiki diri lagi setiap harinya. Aku tidak pernah lelah mengembangkan diri, ikut kegiatan-kegiatan kampus baik sebagai panitia juga partisipan, ikut pelatihan ini-itu, bergabung dalam berbagai ormawa, meski kadang sangat jenuh dan bikin stress karena banyak amanah, aku yakin bahwa apa-apa yang ku lakukan insyaAllah akan bermanfaat nantinya. Aku juga banyak ikut forum-forum diskusi, selain untuk menambah wawasan aku juga berharap dapat memperluasan jaringan wehehehe. Ya siapa tahu kamu ternyata ada di sana juga.

Selain hal-hal duniawi tadi, aku juga berusaha memperbaiki kualitas imanku. Sebab aku tidak ingin kamu menyentuh api neraka hanya karena aku, istrimu, tidak paham tentang agama. Aku banyak mengikuti akun-akun islami terutama tentang perempuan, sedikit-sedikit aku mulai meninggalkan jeans (yah meskipun belum bisa sepenuhnya), aku berusaha inget buat pakai kaos kaki (meskipun masi suka lupa), aku juga mulai mencari teman-teman yang sekiranya mampu membimbingku, aku ikuti kegiatan mentoring. Bahkan sebenarnya aku mulai ingin meninggalkan teman-teman Kalpataruku. Sebab kamu mungkin tidak akan suka jika aku selalu dikelilingi laki-laki. Sebab Allah pun tidak akan suka dengan hubungan semacam itu.

***

Bohong kalau selama ini aku baik-baik saja. Aku sangat-sangat drama salam perkara ini. Bayangkan, setiap harinya aku selalu disodori kisah-kisah percintaan sahabat-sahabatku. Bahkan kalau kami lagi kumpul-kumpul, aku selalu jadi yang terbully karena tidak punya pacar sendiri. Aku selalu bersikeukeuh bahwa aku tidak jomblo! Aku single, aku memutuskan untuk tidak berpacaran! Sungguh aku berusaha memegang prinsip ini kuat-kuat. Kadang muncul juga bisik-bisik dalam benakku "Halah gaya banget! Bilangnya ngga mau pacaran padahal ngga ada yang ngajak aja kan? Coba kalo si dia ngajak pacaran, pasti buyar juga itu prinsip!" JAHAAAT... JAAHAAAAAAT!!!


Aku berusaha untuk tidak goyah, aku tidak ingin hubungan yang tidak diridhai Allah. Jadi, kalo entah suatu ketika ada seorang laki-laki yang mengajakku pacaran, aku yakin itu bukan kamu. Kamu tidak akan melakukan hal yang Allah tidak ridha, aku yakin. InsyaAllah, aku akan terus berusaha memperbaiki diriku. Aku yakin kamu juga sedang melakukan hal yang sama.


Aku mulai berpikir untuk tidak lagi mencarimu. Bahwa yang terpenting adalah mencari ridha Allah. Aku yakin kita akan dipertemukan pada saat yang paling tepat. Bukankah Allah adalah sebaik-baiknya perencana? Dan sekali lagi, aku yakin bahwa yang baik akan bersama dengan yang baik.

Dan jika entah karena apa tiba-tiba kamu salah jalan, insyaAllah aku akan membantu lewat doa agar Allah tunjukkan kembali jalan yang lurus padamu. Aku harap hal demikian juga sedang kamu lakukan padaku.
Semoga jalan yang kita lalui adalah jalan yang diridhai Allah, semoga hati kita senantiasa terpaut padaNya, semoga setiap langkah yang kita ambil akan menuntun kita pada pertemuan yang telah Ia rencanakan.

Wassalamualaikum,
Qumi.