Kali pertama aku terbang di atas
pedalaman Papua, menggunakan pesawat perintis AMA menuju Distrik Moskona Timur,
aku terkagum kagum atas apa yang ku lihat. Sepanjang mata memandang hanya
gumpalan hijau pepohonan. Tidak ada kendaraan bermotor apalagi gedung-gedung
pencakar langit. Hanya hijau dan hijau, sesekali terlihat kelokan sungai yang
membentang seperti cacing besar Alaska (you know if you know).
Hutan pemberi hidup. Penduduk
Masyeta, dan ku rasa seluruh penduduk pedalaman Papua menjadikan hutan sebagai
rumah. Hutan menyediakan makanan dan air bagi kami (sejak aku tinggal di
Masyeta, maka aku termasuk bagian dari penduduk “Pedalaman Papua”). Hutan
menyediakan rusa, babi, ayam, burung, tikus tanah, kuskus dan ular untuk kami
makan. Hutan memberi kami durian, buah merah, jambu dan sumber pangan lain. Hutan
menjaga tanah kami agar tidak longsor. Hutan menjaga mata air kami agar tetap
jernih. Hutan menyediakan udara bersih untuk paru-paru kami.
Hutan bagiku bukan hanya tentang
pohon-pohon tingginya dan segala jenis binatang yang tinggal di dalamnya. Hutan
bagiku merupakan sesuatu yang lebih kompleks, ia hidup dan bernyawa, ia
berbicara, dan ia merasa.
Hutan menyediakan nyanyian yang
melodinya tak kalah indah dari orchestra milik orang kota. Aku merasa kehidupan
kota besar seperti Jakarta hari ini sudah menggerus hubungan kasih antar kita
dengan alam. Hutan dipandang sebagai komoditas yang menguntungkan (tentu saja
bagi manusia semata). Hutan dinilai sebagai uang dan alat pemuas keinginan
manusia. Hari ini telah banyak kutemui perusahaan kayu beroperasi hingga ke
pelosok-pelosok hutan. Dengan mesin-mesin penghancur yang besar dan berisik
itu, mereka bunuh hutan kami. Hari ini manusia berusaha mengusik kehidupan
hutan kami, merasa bahwa modernitas lebih baik daripada kesederhanaan
(sekaligus kekompleksitasan) alam kami.
Mari kawan-kawan kotaku, ku ajak
kamu menikmati betapa damainya hutan kami. Mari duduk bersamaku menikmati
silau-teduh di antara rimbunnya ketapang.
Bahwa kehidupan tidak melulu
berputar di sekitar hidup manusia kota. Bahwa kehidupan tidak melulu soal
manusia dan keinginan-keinginannya.